FMIPA / Departemen Fisika IPB University Bahas Fenomena Lubang Hitam dalam Physics Talk #9

Departemen Fisika IPB University Bahas Fenomena Lubang Hitam dalam Physics Talk #9

Departemen Fisika IPB University hadirkan Pakar Teori Fisika dalam IPB Physics Talk #9 bahas fenomena lubang hitam. Prof Husin Alatas selaku Ketua Divisi Fisika Teori, Departemen Fisika IPB University menjelaskan bahwa Physics Talk diadakan untuk memotivasi mahasiswa agar terus belajar, membuka wawasan dan mempererat kolaborasi antar akademisi.

Penelitian-penelitian terkait lubang hitam sendiri sudah banyak digeluti oleh Prof Husin Alatas berkolaborasi dengan Prof Bobby Gunara dan Dr Andy Octavian Latief dari Institut Teknologi Bandung.

“Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, Departemen Fisika IPB University menghadirkan Dr Andy yang akan membawakan topik “What are Black Holes Actually”,” ujar Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University ini.

Dr Andi Octavian Latief memaparkan bahwa dalam Teori Relativitas Umum (TRU), selain menjelaskan tentang kelengkungan ruang waktu, juga menjelaskan akan adanya objek lain yg tidak kalah menariknya. Yakni black hole atau lubang hitam.

“Lubang hitam serupa dengan planet atau bintang tetapi memiliki rapat massa dan gravitasi yang sangat tinggi sehingga cahaya yang melewatinya pun akan terhisap dan tidak mampu keluar dari lubang hitam tersebut. Lubang hitam ini memiliki singularitas kurvatur di titik pusatnya dan bernilai tak terhingga. Selain itu, lubang hitam memiliki koordinat singularitas (event horizon) di radius semu tertentu. Radius horizon lubang hitam dapat dideskripsikan secara matematis yakni radius Schwarzschild,” jelasnya.

Menurutnya, beberapa ide telah dikemukakan oleh pakar fisika teori terkait hal ini. Ide yang pertama adalah lubang hitam berupa gravastar yang diperkenalkan oleh Mazur dan Mottola. Ide utamanya adalah gravitational star (gravastar) adalah objek yang interiornya adalah de Sitter spacetime dan eksteriornya adalah Schwarzschild spacetime yang kedua-duanya adalah vakum.

“Ide yang kedua adalah lubang hitam merupakan graviton condensate yang dikemukakan oleh Dvali dan Gomez pada tahun 2013. Ide ini memandang lubang hitam sebagai interaksi yang lemah antar graviton kondensat Bose-Einstein yang terjadi pada titik kritis kuantum dari transisi fasa. Namun, secara umum masih banyak misteri yang belum dapat dipecahkan melalui teori-teori ini dan bahkan menimbulkan hal-hal baru yang menunggu untuk dibuktikan,” imbuhnya.

Dr Andi juga menanggapi pertanyaan yang menyimpulkan bahwa kajian termodinamika gravastar dan perbandingan antara graviton condensate dan lubang hitam merupakan dua hal yang bertolak belakang.

Menurutnya, aspek termodinamika gravastar sudah banyak dibahas terkait entropi dan tekanan di event horizon dari sebuah lubang hitam yang diumpamakan sebagai gravastar. Dalam TRU dijelaskan bahwa akibat adanya kelengkungan ruang waktu, maka dua massa yang berdekatan akan berinteraksi satu sama lain.

“Berdasarkan teori gravastar, lubang hitam bukan berupa massa tapi graviton condensate yang dapat menimbulkan kelengkungan ruang waktu yang spesifik. Jadi secara umum, kelengkungan ruang waktu dapat disebabkan oleh massa atau graviton condensate. Jika disebabkan oleh graviton condensate di quantum critical point maka akan menjadi lubang hitam. Dan jika disebabkan oleh massa biasa maka akan membentuk kelengkungan yang biasa. Namun masih banyak hal yang belum bisa terjawab dari teori ini,” tutupnya. (**/zul)

Source : Dr Andi Octavian Latief, http://ipb.ac.id