FMIPA / Departemen Fisika IPB University Gelar Diskusi Microneedle System sebagai Pendekatan yang Menjanjikan untuk Drug Delivery

Departemen Fisika IPB University Gelar Diskusi Microneedle System sebagai Pendekatan yang Menjanjikan untuk Drug Delivery

Metode pengiriman obat menggunakan jarum suntik dirasa kurang efektif atau memiliki risiko. Oleh karena itu, sistem pengiriman obat (drug delivery) menggunakan microneedle dapat menggantikan metode pengobatan tersebut.  Sistem ini memiliki beberapa manfaat, yaitu tidak menimbulkan rasa sakit pada penetrasi kulit intradermal/transdermal, mengurangi terjadinya pendarahan yang berarti, mengurangi kemungkinan celaka akibat jarum suntik, serta ideal untuk orang yang memiliki fobia terhadap jarum suntik.

“Microneedle memiliki bentuk jarum kecil berukuran mikro, yang invasif secara minimal dapat melewati struktur korneum, sehingga cocok untuk mengantar obat intradermal maupun transdermal,” ujar Andi Dian Permana, PhD, Apt selaku dosen Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin dalam Physics Talk Series 22 bertema “Microneedle Delivery Systems as Promising Approach for Improved Systemic and Local Deliveries of Drugs”, (27/1).

Dalam kegiatan yang diadakan oleh Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University tersebut, Andi memaparkan bahwa penelitian tentang microneedle drug delivery system di Indonesia masih sedikit.  “Microneedle drug delivery system sudah banyak berkembang di luar negeri, namun masih sedikit penelitiannya di Indonesia. Sehingga masih memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan,” tutur doktor lulusan Queen’s University Belfast, Inggris tersebut.

Meskipun perkembangannya di Indonesia masih kurang, lanjutnya, penggunaan microneedle drug delivery system telah terbukti lebih efektif dibandingkan pemberian obat secara oral pada pengujian terhadap tikus.  “Walaupun konsentrasinya lebih tinggi, dalam waktu beberapa jam saja obat yang diberikan secara oral sudah tereliminasi dari tubuh. Sedangkan ketika menggunakan microneedle obat terbukti lebih stabil dan lebih tahan lama di dalam tubuh, yaitu sekitar tiga hari. Meski begitu, obat yang biasa kita minum biasanya dosisnya besar. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk sistem microneedle yang mampu memuat obat dengan dosis besar,” tuturnya.

Dalam sesi diskusi, Prof Akhiruddin Maddu selaku Kepala Divisi Biofisika Departemen Fisika IPB University menyampaikan bahwa dengan teknologi microneedle pemberian obat tidak perlu repot, hanya menempelkan plester saja. Hanya saja, masih ada tantangan yang masih dihadapi untuk digunakan secara massal.  “Kami menyampaikan apresiasi kepada pembicara dan berharap dapat melakukan kerjasama mengenai pengembangan microneedle dalam bentuk pengajaran maupun penelitian. Teknik microneedle sangat bermanfaat untuk perkembangan keilmuan, khususnya bidang biofisika maupun biomedis,” ujarnya. (**/Zul)

Narasumber : Prof Akhiruddin Maddu, Andi Dian Permana, PhD, Apt, ipb.ac.id