FMIPA / Departemen Biologi FMIPA IPB University Gelar Kuliah Umum Pengelolaan Cendawan

Departemen Biologi FMIPA IPB University Gelar Kuliah Umum Pengelolaan Cendawan

Kesuburan tanah merupakan suatu tren untuk riset penelitian dan pengembangan. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, Mikoina Komunitas Bogor dan Indonesian Center for Tropical Sciences menyelenggarakan kuliah umum daring. Kuliah umum tersebut bertema “Strategi Pengelolaan Aset Biodiversitas Cendawan di Indonesia” (06/12).

Ketua Kelompok Peneliti Biologi dan Kesehatan Tanah Balai Penelitian Tanah, Surono mengungkapkan interaksi tanaman dan cendawan merupakan simbiosis mutualisme. Salah satu aktivitas simbiosis tersebut yaitu transfer nutrisi.

“Cendawan dark septate endophytes (DSE) dapat memproduksi senyawa antioksidan, asam-asam organik, fitohoron, serta senyawa antipatogen. Oleh karenanya, teknologi cendawan sebaiknya ramah lingkungan agar menghasilkan produk yang sehat,” ucap Alumnus IPB University tersebut.

Surono melakukan penelitian dengan mengumpulkan data DSE dari berbagai lahan sulfat masam di Indonesia.
Menurut Surono, pemanfaatan cendawan endofit berseptat gelap dan cendawan mikoriza terbukti dapat membantu tumbuhan dalam beradaptasi pada lingkungan tercemar logam berat. Cendawan merupakan kunci pengembangan pertanian masa depan yang ramah lingkungan.

Surono berharap DSE pada berbagai komoditas pangan dapat diteliti lebih jauh di Indonesia Timur. Isolat-isolat dari DSE nantinya dapat bermanfaat dalam sektor pertanian, kehutanan, dan sebagainya.

Ketua Kelompok Peneliti Biomaterial Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Dede Heri Yuli Yanto memaparkan bahwa jamur pelapuk putih mendegradasi lignin dan selulosa menggunakan enzim liginolitik. Komponen lignin ini sangat penting pada komoditas kayu.

Menurutnya, sumber lignoselulosa melimpah di Indonesia. Jumlahnya yang banyak menyebabkan lignin dianggap sebagai limbah.
Dr Dede mengatakan bahwa saat ini mahasiswa IPB University sedang menjalankan penelitian degradasi exopolysaccharide pada jamur.

“Produksi enzim lakase tidak memerlukan biaya yang mahal. Pada industri hijau, enzim lakase dapat dimanfaatkan sebagai bioremediasi, industri makanan, kimia sintetis, pulp dan kertas, dan biorefiner. Enzim lakase juga digunakan dalam baking untuk meningkatkan kualitas adonan,” tutupnya. (Ghinaa/Zul)

Narasumber : Surono, ipb.ac.id