FMIPA / Dosen FMIPA IPB University: Herbal dan Bumbu Diduga Hambat Mortalitas Akibat COVID-19 di Asia

Dosen FMIPA IPB University: Herbal dan Bumbu Diduga Hambat Mortalitas Akibat COVID-19 di Asia

Prof Dr Suharsono, dosen IPB University dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bicara tentang potensi dan aplikasi modifikasi genetik untuk produksi tanaman. Dalam paparannya di Seminar Biologi Tumbuhan, (22/7), Prof Suharsono mengatakan bahwa modifikasi genetik telah lazim diaplikasikan pada industri agronomi. Misalnya dengan menggabungkan genom dua varietas tanaman agar mendapatkan karakteristik dan produktivitas yang lebih baik ataupun dengan penambahan gen agar resisten terhadap penyakit tertentu. Misal pada padi F1BC3 yang produksi pertanamannya mirip dengan padi Ciherang namun tahan penyakit blast.

Selain itu, modifikasi genetik melalui mutasi juga dapat diaplikasikan untuk mendapatkan varietas baru. Misal pada kentang varietas IPB CP3. Metode ini dapat diaplikasikan untuk agroindustri mulai dari industri bibit, umbi, dan olahan. Lain hal dengan rakayasa genetic in-vitro, untuk tanaman yang resisten herbisida contohnya jagung. Namun, beberapa hal harus diperhatikan untuk mengaplikasikan hasil penelitian pada industri, utamanya mengenai legalitas dan keekonomisan.  “Kadangkala legalitas itu menjadi deathvalley innovation, berhenti di sini karena apa? Berat untuk mengurus legalitas terutama untuk transgenik,” ungkapnya.

Pada kesempatan ini, beberapa dosen dari Program Studi Pascasarjana Biologi Tumbuhan juga turut bicara, diantaranya Prof Dr Yuliana Maria Diah Ratnadewi yang menyampaikan mengenai senyawa sekunder tumbuhan untuk menghadapi COVID-19. Menanggapi fenomena rendahnya mortalitas oleh COVID-19 di Asia, salah satunya diduga oleh faktor jenis pangan yang dikonsumsi khususnya herbal dan bumbu-bumbu yang berkaitan erat dengan senyawa sekunder dari tumbuhan.

Senyawa sekunder tumbuhan dapat dijadikan sebagai immunomodulator untuk memperkuat imunitas tubuh dan memerangi radikal bebas yang dapat memperlemah daya tahan tubuh.  Dengan mengonsumsi pangan kaya antioksidan, vitamin, dan fitokimia dari tumbuhan segar maka hal tersebut dapat tercapai.

“Mekanisme fitokimia dalam menghadapi infeksi virus dalam tubuh salah satunya dengan menghambat replikasi virus. Oleh karena itu, potensi tumbuhan obat di Indonesia dapat menjadi bagian dari obat modern,” ujarnya.

Dr Hamim juga turut hadir untuk menyampaikan mengenai pengembanagan tumbuhan C4 bagi mendukung program kemandirian pangan. Berdasarkan ekofisiologis Indonesia yang merupakan kondisi optimal bagi pertanaman tumbuhan C4, pengembangannya akan dinilai sangat baik. Namun, perlu kerja keras dan kerjasama lintas bidang demi mewujudkannya. Contohnya The C4 Rice Project yang diinisiasi IRRI tahun 1995, progresnya baru dapat beranjak setelah didukung oleh Bill Melinda Gate Foundation Tahun 2008. Sulitnya mengatur mekanisme tumbuhan C4 juga menjadi salah satu alasan betapa lambatnya pengembangan proyek tersebut.   Namun, Dr Hamim menemukan jurnal ilmiah menarik yang terbit awal tahun 2020, mengenai gen Golden2-Like (GLK) yang mungkin bisa menjadi solusi untuk kendala yang dihadapi sebelumnya.

Sementara itu, Ketua Departemen Biologi IPB University, Dr Miftahudin dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini digelar untuk mempromosikan Program Studi Pascasarjana Biologi Tumbuhan IPB University. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, Dr Miftahudin menjelaskan tentang Departemen Biologi serta prestasi Departemen Biologi sebagai departemen yang aktif dalam publikasi ilmiah.

Di samping itu, ada juga penjelasan sekilas mengenai program studi pascasarjana Biologi Tumbuhan yang telah berkembang dari tahun 80an. Program studi yang resmi didirikan tahun 2007 tersebut telah mendapatkan akreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) baik untuk program magister maupun doktor.

Selain itu, sebagai program studi yang memiliki visi sebagai program studi bertaraf internasional tersebut, telah terjalin pula kerjasama baik dengan lembaga dalam negeri dan luar negeri sebagai. Adapula program studi tersebut diasuh oleh dua divisi yaitu ekologi dan sumberdaya tumbuhan serta genetika dan fisiologi tumbuhan. (MW/Zul)