FMIPA / Dr Sri Wahjuni Paparkan Manfaat High Performance Computing pada Pertanian

Dr Sri Wahjuni Paparkan Manfaat High Performance Computing pada Pertanian

Kemajuan teknologi informasi membawa peningkatan dalam segala aspek kehidupan termasuk sektor pertanian. IPB University sendiri membangun konsep pembangunan agro-maritim 4.0 yang memandang darat, laut, dan udara sebagai satu kesatuan yang melibatkan sistem sosial, ekonomi, dan ekologi kompleks sehingga membutuhkan pendekatan transdisiplin, terpadu, dan partisipatif.

Dr Sri Wahjuni menyebutkan bahwa cabang dari konsep pembangunan agromaritim ialah konsep smart farming atau pertanian cerdas. Ia menyebut, inti dari konsep pertanian cerdas adalah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam proses pertanian agar pertumbuhan dan kesehatan tanaman terpantau, kebutuhan pupuk terukur, waktu panen yang tepat, serta kerja yang efisien. Selain itu, penggunaan teknologi informasi juga ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan menurunkan jumlah limbah.

“Dalam smart farming tentu ada keterlibatan artificial intelligence dan big data dalam prosesnya. Misalnya, dalam sistem irigasi cerdas yang menggunakan informasi dari satelit berupa informasi cuaca dan kelembaban,” ujar Dr Sri Wahjuni, dosen IPB University dari Departemen Ilmu Komputer.

Anggota grup peneliti bagian komputasi Net-Centri IPB University itu memberi contoh lain berupa alat deteksi dan monitoring hama penyakit tanaman. Ia mengatakan, proses pembuatan alat ini diawali dengan penggunsan data set mengenai berbagai jenis penyakit tanaman. Selanjutnya, dibangun model deteksi dan klasifikasi objek sehingga alat akan mampu menangkap karakteristik penyakit sebagai input yang nantinya akan dicocokkan dengan data set yang telah tersedia.

“Contoh lain penerapan komputer dalam pertanian diantaranya bioinformatika untuk pemilihan bibit unggul, sistem cerdas prediksi cuaca, sampai pada proses pemasaran hasil pertanian,” Dr Sri Wahjuni.

Di sisi lain, katanya, dengan semakin masifnya penggunaan teknologi informasi dalam berbagai aspek kehidupan, keadaan tersebut tentu saja menghadirkan tantangan-tantangan baru. Penggunaan yang semakin meluas membuat lalu lintas data dalam jaringan internet juga semakin ramai dan padat, sehingga perlu dicari solusi untuk menguranginya.

“Dengan mengurangi lalu lintas data ke cloud, maka akan mengurangi latensi jaringan dan internet sehingga dapat meningkatkan waktu respon sistem pada remote mission-critical applications,” katanya.

Dr Sri melanjutkan, untuk mencapai kecepatan respon sistem, yang dapat dilakukan salah satunya dengan menerapkan internet of things (IoT) berbasis edge. Maksudnya adalah melakukan proses komputasi sedekat mungkin dengan sumber datanya. Namun demikian, proses komputasi yang berbasis edge memiliki kekuatan lebih rendah jika dibandingkan dengan proses yang berbasis server. Oleh karena itu, para pakar mulai memikirkan cara untuk menggabungkan IoT berbasis edge dengan artificial intelligence yang nantinya akan diberi nama Edge Intelligence. (SWP)

Narasumber : Dr Sri Wahjuni, ipb.ac.id