FMIPA / Dua Dosen FMIPA IPB University Bahas Ekohidrologi dalam Mendukung Ekonomi Hijau dari Sisi Sains dan Kajian Islam

Dua Dosen FMIPA IPB University Bahas Ekohidrologi dalam Mendukung Ekonomi Hijau dari Sisi Sains dan Kajian Islam

Ekonomi hijau merupakan konsep ekonomi berkelanjutan yang berfokus kepada lingkungan. Ekonomi hijau terus didorong oleh Pemerintah Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak. Di dalamnya, aspek ekohidrologi juga tidak bisa diabaikan.

Membahas hal ini dari sisi sains dan kajian Islam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University menggelar acara TerCerahkan episode ke-13 dengan tema “Peranan Ekohidrologi untuk Mendukung Green Economy” secara daring, (14/02).

Dr Muh Taufik, Dosen IPB University dari Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA menjelaskan dalam penerapan ekonomi hijau, ekohidrologi memiliki peranan penting. Ekohidrologi berfokus pada dampak dan fungsi perubahan siklus air terhadap ekosistem dan sebaliknya.

“Pemahaman ekohidrologi harus mengintegrasikan berbagai ilmu terkait sains, mulai dari cuaca, aliran air dan berbagai variabel yang penting dari ekohidrologi,” katanya.  Menurutnya, keberadaan vegetasi dalam lingkup ekohidrologi mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan membantu memperlancar infiltrasi ke tanah. Selain itu menurunkan risiko limpasan air, erosi dan kekeruhan air sungai.

Ia menambahkan, fungsi ekohidrologi ini harus terus dijaga, terlebih kondisi lahan gambut di Indonesia sangat memprihatinkan. Dengan luasan lebih dari 12 juta hektar, sekitar dua juta hektar lahan gambut telah terdegradasi. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan ekosistem hingga kebakaran gambut yang berulang.

“Dalam konsep green economy, kita harus menyeimbangkan antara kebutuhan ekologi dan pertumbuhan ekonomi agar terjadi kestabilan ekonomi dan lingkungan,” lanjutnya.  Ia menekankan, green economy dapat dijalankan namun harus ada upaya restorasi lahan gambut untuk mengembalikan fungsi awalnya. Konsep pengelolaan air dalam upaya restorasi ini sangat penting agar dapat menekan risiko kebakaran dan tingkat subsidensi gambut.

Prof Hasim, Dosen IPB University dari Departemen Biokimia FMIPA mengaitkannya dengan kajian Islam. Ia menerangkan, air dapat menjadi sumber keberkahan maupun bencana, tergantung dari perbuatan manusia. Disebutkan dalam Kitab Suci Al-Qur’an bahwa air dapat menjadi rezeki maupun bencana agar manusia diingatkan kembali untuk tidak merusak lingkungan.
“Air dan manfaatnya merupakan keputusan Allah SWT yang sudah mutlak. Sehingga perlu ada manajemen air, di samping itu diperkuat dengan tauhid,” katanya.  Menurutnya, keberkatan air dapat dilihat secara molekular maupun secara lingkungan. Tidak ada satupun ciptaan Tuhan yang sia-sia, semuanya berkontribusi dalam sistem kehidupan.

“Air menyebabkan biji-bijian dapat tumbuh dan makhluk hidup tetap bertahan hidup. Allah telah mengatur sumber air dan manfaatnya di bumi, sehingga tidak boleh dirusak oleh keserakahan manusia,” imbuhnya.

Peran umat Muslim, ia melanjutkan, sangat penting dalam pelestarian alam. Manusia perlu belajar dari cerita terdahulu yakni cerita kaum Saba’ sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Pembangunan infrastruktur air tidak dapat sukses bila tanpa ada rasa syukur kepada Tuhan. Konsep green economy, menurutnya juga tidak bisa jalan tanpa pendekatan spiritual. (MW)

 

Narasumber : Dr Muh Taufik, Prof Hasim
Source : ipb.ac.id