FMIPA / FMIPA IPB University Undang Dua Ilmuwan Bahas Keberhasilan dan Kegagalan Analisa Bioinformatika dengan Wet Lab

FMIPA IPB University Undang Dua Ilmuwan Bahas Keberhasilan dan Kegagalan Analisa Bioinformatika dengan Wet Lab

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University kembali menggelar Bioinformatics Webinar Series ke-12 dengan tema “How Bioinformatics Analysis May Succeed and Fail at Wet Lab”, (31/5). Kegiatan ini ingin mengungkap analisa bioinformatika untuk mendukung solusi dari persoalan dan dibuktikan secara wet lab. Perspektif bioinformatika ke depan sangat dibutuhkan tidak hanya sebagai pendukung namun sebagai metode utama untuk menghasil riset-riset di bidang kesehatan dan pertanian. Utamanya untuk mendorong pertanian dan pengobatan presisi.

Materi pertama disampaikan oleh Dr rer nat Arli Aditya Parikesit, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerjasama Industri di Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L).
Ia mengatakan tidak semua pembuktian analisa bioinformatika di wet lab dapat berhasil. Kegagalan merupakan suatu hal yang wajar. Salah satunya ketika melakukan analisa berbasis anotasi ncRNA atau non coding ribonucleic acid/RNA yang berperan dalam regulasi gen walau tidak ditranslasi ke protein. Analisa RNA merupakan zona yang tidak aman dan rentan turbulensi.

“Analisa ini terbilang memang sangat sulit dikerjakan di laboratorium, berbeda dengan protein. Sehingga kita harus mengoptimalkan instrumen komputasi, sembari instrumentasi biomedisnya ditingkatkan,” katanya.  Menurutnya, analisa RNA memiliki tingkat kesulitan dalam melakukan prediksinya karena strukturnya yang rumit. Secara eksperimental tidak mudah, sehingga peneliti masih bergantung pada aplikasi anotasi RNA. Keberhasilannya masih terbatas sehingga memerlukan metode komputasional yang mutakhir.

“Adapun pengembangan dan analisanya di wet lab dapat mengungkapkan struktur RNA yang diekspresikan oleh berbagai virus. Basis data ini penting dalam pengembangan vaksin dan obat berbasis proteomik. Baik untuk mendesain vaksin COVID-19 maupun virus monkeypox yang kini sedang menggemparkan dunia,” imbuhnya.

Materi kedua disampaikan oleh Khomaini Hasan PhD, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani. Ia menjelaskan protein genomik tidak akan lepas dari bidang bioinformatika. Bioinformatika merupakan kebutuhan agar ilmuan dapat mengeksplorasi data terkait struktur protein dan gen.

Analisa di wet lab yang pernah ia lakukan adalah terkait enzim pada cendawan dan menentukan data prediksi strukturnya. Berdasarkan hasil prediksi ini, ia dapat melakukan mutasi berdasarkan struktur protein yang dikonstruksi. Tentunya tanpa mengubah karakteristik protein itu sendiri.  “Data-data ini nantinya sangat berguna untuk memproduksi enzim yang mirip dengan manusia namun diproduksi oleh mikroorganisme,” terangnya.  Menurutnya, hasil analisa di wet lab dapat berguna untuk deteksi virus, misalnya SARS-Cov 2. (MW/Zul)

 

Resource Person : Dr rer nat Arli Aditya Parikesit, Khomaini Hasan PhD, ipb.ac.id