FMIPA / Kajian TerCerahKan FMIPA IPB University Bahas Peran Matematika dalam Dunia Islam dan Penerapannya dalam Sains

Kajian TerCerahKan FMIPA IPB University Bahas Peran Matematika dalam Dunia Islam dan Penerapannya dalam Sains

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University kembali hadir dalam kajian rutin ilmiah tafsir Al-Quran bulanan yakni TerCerahKan edisi enam, (27/07). Topik yang diangkat yakni kontribusi aljabar dalam pengembangan sains dan teknologi. Kajian ini menghadirkan Dr Sugi Guritman, Kepala Divisi Matematika Murni Departemen Matematika FMIPA IPB University dan Ustadz Salahuddin El Ayyubi, Lc MA dari Departemen Ilmu Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University.

Bersumber dari surat An-Nisa ayat 11-12 dan 146, Al-Khawarizmi memandang kandungan ayat-ayat tersebut sebagai masalah matematika yang metode penyelesaiannya kini dikenal dengan istilah aljabar. Hal yang fundamental dari konsep aljabar adalah mengabstraksikan suatu masalah fenomena nyata ke dalam bentuk persamaan yang disebut sebagai variabel.
Pada masa berikutnya, makna variabel ini menjadi bahasa universal yang masuk ke dalam ranah sains hingga berimbas pada perkembangan teknologi. Termasuk ke dalam era digital sekarang dimana pada prinsipnya semua data dapat direpresentasikan ke dalam barisan bilangan biner yang dapat dioperasikan dan dikaji sifat-sifatnya berdasarkan kaidah aljabar.

Dr Sugi menyebutkan, An-Nisa ayat 11-12 dan 146 terkait pembagian harta warisan sarat dengan kalimat implikasi yang kompleks. Secara keseluruhan dapat dimaknai sebagai bilangan rasional dan penggalan ayat tersebut dapat dibentuk dalam soal. Termasuk dengan operasi penyelesaiannya dilakukan dengan perspektif matematika masa kini namun tetap sesuai dengan kaidah aljabar.

Warisan Al-Khawarizmi merupakan hal yang fundamental dan masih sangat relevan dengan era digital kini. Dari masa peradaban Nabi Muhammad hingga kini, Islam telah mencantumkan kekuatan aljabar menjadi konsep bilangan dan fungsi yang lebih well-defined.

“Dari aljabar itulah muncul konsep bilangan real yang kontinyu, kemudian menjadi lebih kompleks, modular, sehingga terbentuk sebagai aljabar abstrak,” sebutnya.

Dari konsep bilangan dan fungsi tersebut, matematika dapat masuk ke ranah sains sosial. Aljabar dalam era digital berawal dari fenomena fisik kini masuk ke dalam coding theory dan kriptografi. Inspirasi yang muncul berdasarkan fenomena aljabar ini adalah kemungkinan perkembangan aplikasi berbasis android terkait dengan perhitungan harta waris serta cyrptocurrency. Cyrptocurrency kala ini sedang berkembang pesat sehingga dibutuhkan pandangan syariah terkait penggunaannya.

Ustadz Salahuddin memaparkan bahwa Surat Al-Qamar ayat 49 telah menceritakan sesungguhnya segala sesuatu diciptakan menurut ukuran. Tuhan tidak sedang bermain dadu saat menciptakan alam dan bumi dengan segala isinya. Sehingga ilmu hitung atau hisab yang merupakan keistimewaan Allah telah dilakukan secara cermat dan teliti.

“Jadi di dalam pengantar sebagai muslim, kita tidak dapat terhindar dari matematika. Bahkan, terdapat hadist khusus untuk mempelajarinya seperti yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad. Dalam ibadah sehari-hari sampai syahadah pun berkaitan erat dengan matematika,” jelasnya.

Al-Quran dan angka sangat berkaitan erat, baik dalam penggunaan kata dan angka istimewa. Misalnya, gerakan dalam satu raka’at shalat berjumlah 360 derajat sesuai dengan perputaran bumi. Namun demikian, shalat bukan hanya kumpulan kewajiban atau hubungan matematis, tetapi harus dijaga terus menerus seperti bumi yang terus berputar.

Angka sembilan juga merupakan bilangan terbesar yang sesuai dengan posisi bulan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan. Setelah angka sembilan maka siklus kembali pada angka nol. Maknanya, ibadah puasa Ramadhan diharapkan dapat mengembalikan umat Islam pada posisi nol yaitu fitrah. (MW/Zul)

 

Source : Salahuddin El Ayyubi, Lc MA, Dr Sugi Guritman , http://ipb.ac.id