FMIPA / Peneliti FMIPA IPB Ungkap Tanaman Bakau Cocok Jadi Bahan Kosmetik

Peneliti FMIPA IPB Ungkap Tanaman Bakau Cocok Jadi Bahan Kosmetik

Dalam rangka Peringatan Hari Teknologi Nasional tahun 2022, Pusat Kolaborasi Riset Kosmetik Nano Berbasis Biomassa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar webinar dengan tema “Membangun Kemandirian Bangsa dengan Riset Kosmetik Berbasis Biomassa”,  (12/8). Prof Irmanida Batubara, Kepala Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menjadi salah satu narasumber dalam acara ini, memaparkan terkait biofarmaka sebagai bahan baku biomassa kosmetika.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara megabiodiversitas. Tumbuhan sebagai salah satu pabrik pensintesis senyawa baik metabolit primer dan sekunder. Berbagai tumbuhan ini memiliki aroma dan warna sehingga dapat dimanfaatkan di bidang kosmetika. Di samping, tumbuhan juga memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan dan anti aging yang mampu dimanfaatkan dalam kosmetik.

“Contoh pertama biofarmaka adalah Adenostemma Lavenia yang tumbuh di dataran rendah pada tanah mengandung bahan organik tinggi. Tumbuhan dengan nama lokal legetan warak ini banyak ditemukan di bawah naungan yang lembab. Secara tradisional, legetan warak dimanfaatkan sebagai penurun panas, batuk, flu, imunostimulan, penyakit paru-paru dan pneumonia,” jelasnya.

Ia menambahkan, hasil riset mahasiswa IPB University menemukan bahwa legetan warak memiliki aktivitas antioksidan dan antiglikasi tinggi. Hasil penerapannya pada sel khamir sebagai model, senyawa yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai anti aging.

“Analisis pada sel mamalia ternyata dapat menurunkan warna coklat pada sel melanosit sehingga mampu bertindak sebagai anti aging,” ungkapnya.  Menurutnya, penelitian kerjasama dengan PT Martina Berto pada tumbuhan sejenis bakau Xylocarpus granatum juga dilakukan untuk menemukan senyawa anti aging. Penelitian dilakukan dengan melihat aktivitas antiglikasi dan penghambatan enzim tirosinase pada pembentukan melanosit. Hasil skrining pada beberapa tumbuhan, bakau ini paling berpotensi dari sisi ketersediaan dan nilai ekonomi.

“Masyarakat Sulawesi Tengah juga sudah memanfaatkan kulit buah sejak jaman dulu untuk masker calon pengantin sehingga ada cerita buah ini sebagai mempercantik kulit,” jelasnya.
Menariknya, lanjutnya, senyawa aktif ini tidak hanya ditemukan pada kulit buah namun rantingnya juga potensial. Untuk menjaga kelestariannya, digunakan bagian ranting untuk diolah menjadi sumber bahan kosmetika. Dalam keadaan penuh cekaman, senyawa aktif pada bakau ini masih menghasilkan kinerja yang baik.
Formulasi kosmetik dengan ranting bakau ini dibuat menjadi dua jenis prototype. Yakni pelembab berbentuk lotion dan gel. Hasilnya, produk dari ranting bakau ini memiliki kemampuan melembabkan yang baik, tidak menyebabkan iritasi mata dan kulit dan mampu bertindak sebagai anti aging.  “Pemanfaatan tumbuhan lokal atau biofarmaka ini perlu dikembangkan bersama sehingga dapat menjadi nilai tambah ekonomi bagi negara,”. (MW/Zul)

 

Narasumber : Prof Irmanida Batubara, ipb.ac.id