FMIPA / Peneliti FMIPA IPB University Paparkan Peranan Bioinformatika dalam Penemuan Senyawa Herbal Berkhasiat

Peneliti FMIPA IPB University Paparkan Peranan Bioinformatika dalam Penemuan Senyawa Herbal Berkhasiat

Penelusuran dan panapisan senyawa bioaktif tanaman herbal secara komputasi, kini semakin berkembang. Pemanfaatan basis data senyawa bioaktif dari bahan alam Indonesia ini dapat menjadi awal bagi kemajuan fitofarmaka di Indonesia.

Dr Wisnu Ananta Kusuma, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menyebutkan masih terdapat gap antara produk fitofarmaka dan obat herbal terstandar. Jumlah produk tersebut masih jauh di bawah harapan. Padahal potensi tanaman herbal di Indonesia sangat menjanjikan.
“Bila kolaborasi diintensifkan, kemungkinan besar akan menghasilkan produk (fitofarmaka) yang lebih banyak daripada yang sudah dicapai tahun kemarin. Yakni dengan pendekatan baru yaitu bioinformatika,” sebutnya dalam Webinar Natural Products in Drug Discovery Advances and Opportunities yang digelar oleh Universitas Gunadharma, pekan lalu.

Ditilik dari perspektif dan era pradigma data, lanjutnya, kebutuhan akan data menjadi sangat penting. Perpaduan teknologi dan biologi membuat teknologi sekuensing DNA lebih maju dan menyebabkan ledakan data. “Diperlukan suatu terobosan saintifik yang perlu didukung dengan komputasi tingkat tinggi yang akan membantu peneliti dalam mengeksplorasi data dan membuatnya lebih berguna,” tambahnya.
Menurutnya, pendekatan bioinformatika memungkinkan untuk melakukan analisa hubungan antara protein dengan penyakit, gen dan penyakit, dan hubungan lain yang spesifik. Di era network farmakologi, peneliti memanfaatkan teori matematika atau graf dan dipadukan dengan pemahaman sistem biologi untuk mengetahui keterkaitan antar data.

“Pendekatan ini sudah diterapkan di China demi mengembangkan obat cina tradisional. Seharusnya hal ini menjadi pelajaran agar dapat memajukan perkembangan jamu Indonesia. Pengembangan ini dapat membuat jamu lebih bisa dipahami secara saintifik,” ujarnya.

Peneliti Pusat Riset Biofarmaka Tropika (Trop BRC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University ini menyebutkan bahwa hal ini dapat dimulai dari eksplorasi basis data bahan alam Indonesia.

“Salah satunya dapat diakses dengan perangkat lunak buatan para peneliti IPB University yakni IJAH Analytics. Perangkat lunak ini dapat diakses secara gratis melalui laman http://ijah.apps.cs.ipb.ac.id/. Dalam laman ini tersedia informasi jejaring tanaman senyawa protein dan hubungannya dengan berbagai penyakit, khasiat tanaman, protein target senyawa herbal dan kandidat obat herbal untuk penyakit tertentu,” imbuhnya.

Ia menambahkan, pendekatan lainnya yakni dengan metode reverse pharmacology. Komoditas tanaman herbal populer di masyarakat, secara turun temurun ditelusuri dan dianalisa mekanisme senyawa aktifnya serta interaksinya dengan penyakit. Kemudian diuji lebih lanjut untuk melihat mekanisme dan interaksi protein dan penyakit senyawa aktif. Lalu dilakukan uji laboratorium lebih lanjut untuk menguji khasiatnya lebih lanjut.

“Langkah pertama dalam pengembangan jamu Indonesia adalah dengan memanfaatkan algoritma dan artificial intelligence untuk menyeleksi protein target. Dari situ kita bisa melakukannya dari protein terpilih dengan melakukan enrichment analysis terhadap protein target dengan melihat gen ontology maupun pathwaynya,” jelasnya.

Penelitian lebih lanjut ini, tambahnya, dapat memungkinkan Indonesia untuk mengembangkan pengobatan herbal presisi. Pendekatan bioinformatika berpotensi mempercepat proses penemuan senyawa alam Indonesia yang berkhasiat pada kesehatan.

“Teknologi kecerdasan buatan hanya berperan dalam proses penapisan senyawa. Serangkaian pengujian pre klinis dan klinis untuk menghasilkan fitofarmaka masih membutuhkan kolaborasi penelitian yang masif. (MW/Zul)

Narasumber : Dr Wisnu Ananta Kusuma, ipb.ac.id