FMIPA / Prof Dyah Iswantini Bicara Keampuhan Sidaguri untuk Redakan Asam Urat di Sapa Agrianita

Prof Dyah Iswantini Bicara Keampuhan Sidaguri untuk Redakan Asam Urat di Sapa Agrianita

Seiring bertambahnya usia, munculnya keluhan penyakit seperti asam urat semakin terasa. Dampak ke seluruh tubuh pun tentunya tidak menyenangkan dan bahkan dapat berakibat fatal. Indonesia sebagai negara megabioversitas memiliki berbagai tanaman herbal lokal yang berkhasiat sebagai obat asam urat yang mudah ditanam di pekarangan rumah.
Prof Dyah Iswantini, Guru Besar IPB University dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) menjelaskan terdapat beberapa tanaman herbal yang  dapat berkhasiat sebagai obat penyembuh asam urat. Asam urat yang secara ilmiah dinamakan goat muncul akibat kandungan kadar asam urat dalam darah yang melampaui batas normal.

Asam urat yang berlebihan akan terakumulasi dalam darah sebagai kristal berbentuk jarum dan menyebabkan rasa nyeri pada persendian. Umumnya perempuan lebih berisiko terkena asam urat.

Strategi pengobatan yang dapat dilakukan umumnya secara kimia dengan bantuan obat golongan urikosurik ataupun urikostatik seperti allopurinol sebagai penghambat pembentukan asam urat.

Namun, terdapat beberapa efek samping bila dikonsumsi dalam jangka panjang, seperti demam bahkan pembentukan batu ginjal. Walaupun prevelansi penyakit sendi di Indonesia semakin menurun, namun harus tetap diwaspadai.

“Peningkatan penyakit goat sering bersamaan juga dengan obesitas dan penuaan, sehingga perlu ditekankan pengembangan strategi pencegahan dan penanganan goat tersebut,” ungkapnya dalam webinar Sapa Agrianita Faperta (Fakultas Pertanian) IPB University Seri 2: Hidup Sehat dengan Herbal, Senin (15/03).

Tanaman herbal lokal seperti sidaguri, kaya akan kandungan alkaloid dan tanin dan berkhasiat sebagai obat diuretik dan analgesik. Dengan tambahan seledri dan tempuyung, obat asam urat herbal tersebut bahkan dapat bersifat sama seperti allopurinol yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase.
Budidaya sidaguri perlu ditingkatkan sebagai obat herbal asam urat. Hal yang paling penting, produk tersebut telah memenuhi aspek jamu yang baik dan terbuat dari bahan baku terstandarisasi. Terlebih lagi pemerintah telah mencanangkan saintifikasi jamu yang hanya difokuskan pada empat penyakit, salah satunya asam urat.

Hasil penelitian obat anti goat dilakukan melalui proses yang panjang mulai dari tahun 2003. Hasil uji in vitro dan in vivo formulasi obat anti goat dan dibandingkan dengan allopurinol pun tergolong mengesankan. Uji toksisitas akut pun menunjukkan formula yang diuji hampir tidak toksik sehingga aman dikonsumsi.

“Penurunan kadar asam urat dengan formulasi jamu anti goat dinilai setara bahkan melebihi allopurinol,” sebutnya.
Produk komersial anti goat tersebut telah mendapatkan dua hak paten dan beberapa penghargaan seperti “Widyasilpawijana” Duta IPTEK dan “Best Research” dari Ristek Kalbe Science Awards.  Obat herbal anti goat dengan mekanisme inhibisi kompetitif tersebut masih pada tahap hilirisasi dan perlu penelitian lanjutan dalam waktu dekat. Dalam waktu kurang lebih dua tahun diharapkan dapat dikomersialkan.

Prof Arif Satria, Rektor IPB University mengatakan bahwa Indonesia perlu mewujudkan kedaulatan obat-obatan. Indonesia masih memiliki tantangan untuk memproduksi obat sendiri yang bergantung pada sumber daya alam lokal yang sangat berpotensi. Tugas cendikiawan yakni harus menganalisis penggunaan tanaman herbal lokal yang digunakan masyarakat dengan efektivitasnya secara saintifik.

Ketua Agrianita IPB University, Retno Widayawati mengatakan kegiatan Sapa Agrianita diharapkan dapat menjadi wahana penyebaran ilmu-ilmu yang dibutuhkan khalayak dalam kehidupan sehari-hari. (MW)

 

Narasumber : Prof Dyah Iswantini, Prof Arif Satria, Retno Widayawati