Blog

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Paparkan Ethology di Jaya Suprana Show

dr-rika-raffiudin-paparkan-ethology-di-jaya-suprana-show-news-800x445-1-180x180
Berita Utama

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. Paparkan Ethology di Jaya Suprana Show

Dosen IPB University dari Departemen Biologi, Dr Rika Raffiudin bicara tentang Ethology di Jaya Suprana Show yang diselenggarakan oleh Jaya Suprana Institute melalui Zoom Meeting, (16/2). Dr Rika memaparkan suatu cabang keilmuan dalam Biologi yang mempelajari perilaku hewan.

“Kalau dilihat dari akar katanya, Ethos itu karakter dan Logos adalah ilmu. Sehingga Ethology adalah ilmu yang mempelajari perilaku hewan. Baik dalam konteks alami maupun eksperimental,” kata Dr Rika.

Perilaku atau behaviour dapat diartikan sebagai respon dari sistem syaraf terhadap rangsangan yang dilakukan oleh otot atau sistem hormon. Stimulus yang ada di sekitar hewan dapat berupa cahaya, udara, makanan, dan racun.
Peran sistem syaraf dalam perilaku sangatlah penting. Karena jika antara satu sel syaraf dengan sel syaraf yang lainnya tidak saling tersambung maka sinyal dari rangsangan tidak akan dapat diteruskan atau terputus.

Terputusnya jalur rangsangan akan menyebabkan tidak diproduksinya respon, sehingga perilaku yang merupakan respon tersebut tidak akan pernah terjadi.
“Terdapat dua jenis perilaku hewan yakni perilaku yang diwariskan atau dibawa secara genetik dan perilaku yang dipelajari. Sedangkan untuk perilaku yang dipelajari hanya dimiliki oleh hewan dengan sistem syaraf yang lebih kompleks,” lanjut Dr Rika.

Perilaku yang dibawa secara genetik dapat dilihat pada penyu muda yang baru menetas. Tanpa diajari oleh induknya mereka akan secara otomatis berenang mendekati perairan. Contoh lain perilaku hewan yang dibawa secara genetik adalah pergerakan serangga laron untuk mendekati dan mejauhi cahaya.

Laron mendekati cahaya untuk terbang mencari pasangan, setelah menemukan pasangan untuk kawin, sepasang laron akan melepaskan sayapnya dan pergi menjauhi cahaya untuk masuk ke dalam lubang-lubang kecil di dalam tanah.

“Sedangkan pada hewan dengan sistem syaraf yang lebih kompleks, perilaku dapat dipelajari dan ditingkatkan intensitasnya. Oleh karenanya memori dibutuhkan dalam perilaku tersebut,” tambahnya.

Hewan-hewan yang mampu mempelajari perilaku dapat dilatih untuk menampilkan pertunjukan seperti dalam sirkus. Hewan-hewan yang biasanya dilibatkan dalam pertunjukan sirkus ialah lumba-lumba dan burung.

Proses belajar hewan-hewan tersebut dilakukan dengan mekanisme pemberian reward atau hadiah dan punishment atau hukuman. Hadiah yang diberikan dapat berupa sentuhan mengusap dan mengelus tubuh hewan atau pemberian makanan.

Mempelajari perilaku hewan sangat bermanfaat, baik bagi hewan itu sendiri maupun bagi manusia. Bagi hewan, mempelajari ethology bermanfaat dalam peningkatan kesejahteraan hewan itu sendiri baik hewan di alam liar maupun hewan domestik ternak dan peliharaan.

“Dengan ethology kita dapat memahami kapan hewan-hewan sirkus sebaiknya tidak tampil dalam show, dan ini sangat berkaitan dengan upaya peningkatan welfare (kesejahteraan) mereka,” kata Dr Rika.

Sedangkan untuk manusia, ilmu ethology membantu manusia memahami mekanisme keberlanjutan alam yang sangat dibutuhkan dalam peningkatan kualitas pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Misalnya keberadaan hewan tertentu yang menjadi bio indikator dari kualitas lingkungan. Kunang-kunang merupakan bio indikator terhadap udara yang sehat dan ikan sapu-sapu menjadi bio indikator bagi kualitas air yang buruk.

“Semua hal baik itu, makhluk hidup maupun tak hidup dalam lingkungan itu saling terkait. Sehingga kita tidak boleh lagi mengatakan, ‘saya orang tanaman, saya peneliti fungi’. Tapi mari kita bekerja sama untuk meneliti berbagai fenomena alam,” ujarnya mengakhiri pemaparan. (SWP/Zul)

Resource Person : Dr Rika Raffiudin
Source : IPB Today Edisi 529