Inovasi Alat Hb Meter Karya Peneliti FMIPA IPB University Siap Diujicoba
Inovasi Alat Hb Meter Karya Peneliti FMIPA IPB University Siap Diujicoba
Inovasi Hb Meter yang diinisiasi oleh Dr Irzaman dan tim kini telah siap menguji alatnya kepada relawan. Kegiatan berlangsung di Klinik IPB University, Dramaga, Bogor, 10/6. Kegiatan ini diikuti oleh 60 relawan dari kalangan civitas warga IPB University dan warga sekitar lingkar kampus IPB University dalam rentang usia 18-67 tahun.
Kegiatan microtest kali ini dalam rangka melakukan evaluasi dari microtest perdana yang telah dilakukan pada bulan april lalu. Microtest ini menjadi pengujian kedua kalinya dengan menerima berbagai evaluasi dari berbagai pihak saat uji coba perdana di antaranya dari pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), pihak pemberi dana serta Tim Reviewer Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
“Pada kesempatan ini, kami mengadakan microtest kembali dalam rangka mendapatkan hasil Hb Meter yang lebih baik. Rekayasa teknis kali ini, Hb Meter sudah melalui modifikasi untuk menghindari kerancuan data akibat paparan sinar matahari. Untuk menghindari risiko yang terlalu besar, kami putuskan tiga Hb Meter di dalam ruangan dan satu di luar ruangan,” ujar Dr Irzaman.
Rekayasa tersebut merupakan hasil diskusi intensif antara Dr Irzaman dan 19 anggota tim peneliti diantaranya yaitu dr Naufal Muharam Nurdin, Dr Renan Prasta Jenie, dan Dr Karlisa Priandana, serta Ichsan Hardyanto, MSi.
Ia menuturkan, prosedur pengujian Hb Meter telah melalui pertimbangan teknis. “Relawan yang terlibat telah melalui dua pengujian yakni, pengambilan sampel pada empat alat Hb Meter serta pengambilan darah secara invasif sebagai acuan terhadap prototype Hb Meter ini.”
Di sisi lain, Thoyib selaku tenaga kesehatan (Nakes) Klinik IPB University menjelaskan, pada pengambilan darah secara invasif, mereka diminta untuk mengambil sampel darah sebanyak 3 mililiter. Menanggapi hal itu, salah satu Analis Laboratorium yang sedang bertugas menerangkan bahwa kebutuhan 3 mililiter digunakan untuk dua pengukuran, yakni pengukuran Hb dan Glukosa dari relawan.
Sementara itu, dr Naufal menyebutkan bahwa dalam penelitian yang melibatkan manusia, sangat diperlukan prinsip efisiensi. “Jika peneliti bisa menguji sepuluh variabel secara langsung kepada manusia, itu pasti akan kami lakukan. Hanya saja kami tim peneliti baru dapat mengembangkan dua alat pengukuran yakni, Hb dan Glukosa,”
Ia menerangkan inovasi pengukuran Hb Meter untuk membantu pasien yang takut disuntik. Tak hanya itu, alat kesehatan Hb Meter dapat menjadi alat pendeteksi dini bagi kesehatan perempuan di Indonesia.
“Hal ini menjadi penting karena Hb dapat mempengaruhi produktivitas. Dan khusus untuk ibu hamil (bumil) perlu memiliki kesadaran terhadap Hb-nya, karena apabila bumil mengalami Hb rendah dapat mengakibatkan kelahiran bayi yang stunting,” tambahnya.
Rahmi Apriani, salah satu relawan dari Departemen Fisika Angkatan 56 mengaku telah mengikuti kedua microtest ini. Ia menjelaskan saat pengambilan darah invasif, sempat terjadi kendala karena tidak terlihatnya pembuluh darah. Meskipun begitu, ia tetap menuntaskan tugas relawannya sampai sesi akhir.
“Pada uji coba Hb Meter sendiri, pada saat jari dimasukkan, tidak ada rasa apa-apa, semacam scan jari saja. Nanti hasilnya dikirim dua hari kemudian melalui Whatsapp dengan keterangan hasil pengukuran Hb dan Glukosa,” tuturnya. (*/Rz)
Narasumber : Dr Irzaman, Thoyib, dr Naufal
Resource : ipb.ac.id